Rabu, 17 Juli 2013

Dilema

    Cinta, cinta, cinta, hmmm… Apa sih maksud dari cinta ? aku sering bingung mengapa ada orang yang rela mengorbankan apa saja demi cinta, bahkan tak mau berpisah dari seseorang yang telah dicintainya meskipun hubungan mereka tidak direstui untuk bersama. Cinta itu bisa membutakan siapapun yang merasakannya. Hingga saat ini usia telah menginjak 17 tahun, aku belum pernah merasakan berpacaran. Namun itu bukan masalah besar bagiku, karena yang terpenting adalah untuk bisa lulus Ujian Nasional dengan hasil yang baik dan mendapatkan pekerjaan yang juga baik.
    Tapi bukan berarti aku menjadi orang yang istilahnya “kagak laku”, Karena tahun lalu saat masih duduk di kelas 2 SMK, ada seorang adik kelas yang nampaknya naksir padaku. Aku tidak mengerti apa yang menarik dari sosok laki-laki kurus berambut gondrong dan berkacamata yang suka main playstation dan punya trauma mendalam terhadap anjing sepertiku ini ? awalnya kami saling kenal melalui sebuah ekstrakulikuler di sekolah. Aku yang berada sebagai kakak kelas sebenarnya tidak terlalu aktif di organisasi tersebut, namun entah mengapa ada seorang adik kelas yang ternyata mencoba untuk dekat denganku.
    Padahal sejak SD sampai sekarang aku jarang bergaul dengan adik kelas, meskipun rumahnya berdekatan sekalipun. Entah apa yang ada dipikiran gadis ini ketika dia terus berusaha untuk menjadi akrab denganku. Waktu demi waktu terus berlalu, dia semakin sering mengajak ngobrol denganku. Semakin lama dia semakin dekat denganku, dan setiap kali ngobrol dia sering curhat tentang kehidupannya. Dia cerita tentang banyaknya masalah yang dia hadapi saat ini. Dia menceritakan kalau dia sempat terlibat masalah dengan pacarnya yang dulu, dan ternyata pacar yang dimaksud adalah Andra, salah satu temanku di organisasi ekstrakulikuler ini. Masalah yang dia alami menyebabkan dia dan Andra terkena sanksi dari guru karena dianggap melakukan hubungan yang tak pantas disekolah, entah apa itu.
    Dia dan Andra harus menjalani wajib lapor kepada guru BP bersama orangtuanya, sejak saat itu dia dan Andra putus, dan sejak saat itu pula nama baiknya menjadi tercemar. Setelah putus dengan Andra dia sempat berpacaran dengan temanku yang lainnya, kini dia berpacaran dengan Andi. Ya, ya sepertinya dia suka dengan kakak kelas. Aneh, tidak lama berpacaran mereka pun putus, karena Andi mengetahui apa yang telah terjadi pada Andra dan dia tidak mau bernasib seperti Andra. Akhirnya hubungan merekapun berakhir, dan sejak saat itu dia mulai dekat denganku.
Namun waktu demi waktu terus berlalu, dia semakin dekat denganku. Setiap pulang sekolah selalu saja ada yang mau dibicarakan, hal ini sebenarnya cukup mengganggu. Waktu pulang sekolah menjadi tertunda karena aku harus menjadi pendengar setia semua curhatnya. Dia juga bagaikan tembok pemisah antara aku dengan teman-teman, karena setiap dia mengajakku untuk bicara, aku tidak bisa bersama teman, dia ingin bicara denganku hanya berdua. Lama kelamaan aku semakin yakin kalau dia tidak hanya menganggapku sebagai kakak kelas saja, aku semakin bingung. Aku tak sanggup untuk bertindak tegas terhadapnya, karena aku merasa kasihan padanya yang mendapat banyak masalah. Apalagi dimata beberapa guru nama baiknya sudah tak ada lagi, aku mencoba untuk menenangkannya dan berusaha untuk mengubah sikap jeleknya itu. Mungkin kalian dari tadi bingung apa sih maksudnya dia, dia, dia itu. Kalau begitu kita sebut saja si “dia” itu dengan nama Diah, maka kalian tidak akan dibuat bingung lagi.
Tapi, semakin aku memberi hati padanya seolah Diah semakin bergairah untuk mendapatkanku. Tidak cukup berbicara hanya di sekolah, dia lanjutkan dirumah melalui SMS. Mungkin suatu kesalahan saat kuberikan nomor handphone-ku padanya, karena setiap dia SMS  selalu banyak yang ditanyakan. Bagi anak SMK sepertiku jelas-jelas ini sangat sulit, karena aku adalah anak SMK yang sangat hemat pulsa, sekali beli untuk 1 bulan dan sebelum masuk masa tenggang belum wajib untuk isi ulang, alias “kere” pulsa. Tak hanya itu, dia sering memintaku untuk membantunya membuatkannya PR. Diah tau kalau aku masuk 3 besar ranking kelas saat kelas 1, entah siapa orang aneh tidak berperikemanusiaan yang telah menyebarkan cerita ini. Ya sambil mengingat-ingat pelajaran kelas 1 dan juga sebagai latihan aku coba untuk membantunya. Tapi, semakin diberi hati semakin dia melunjak, setiap hari selalu saja ada PR. Kini aku merasa terganggu dan terkekang, dan bukan hanya itu kini aku malah jadi stress, karena banyaknya pelajaran kelas 1 yang ternyata aku lupa, untung saja tak sampai terjadi pendarahan otak.
Setelah berkali-kali aku berhasil meloloskan diri dari PR Diah yang tak seharusnya kukerjakan, tak terasa sepertinya kami makin akrab. Dan yang membuat aku terkejut adalah suatu saat sepulang Ekskul Diah menanyakan suatu hal yang tak sanggup aku menjawabnya. Dia bertanya apakah aku sayang padanya ?? aaarrrggghhh, Gila!!! Aku menjerit dalam hati. Saat itu juga aku yakin 100 % kalau Diah memang memiliki perasaan terhadapku. Waktu itu kujawab, aku hanya menganggapmu sebagai adik. Lalu Diah menanyakan lagi sesuatu yang membuatku hampir pingsan, Diah bertanya apakah aku tidak sayang padanya ?? aaazzzz, aku rasa aku mulai tak sadarkan diri, aku pun menjawab aku hanya menganggapmnu sebagai adik, bagaimana layaknya perasaan seorang kakak pada adiknya.
Setelah peristiwa naas itu tampaknya Diah semakin tertarik padaku. Bahkan dia meminta hubungan telah bertunangan denganku di facebook. Aaaarrrrgggghhhh… sepertinya kalimat bagaimana layaknya perasaan seorang kakak pada adiknya yang pernah kuucapkan padanya diterjemahkan oleh Diah sebagai pernyataan iya, aku sangat menyayangimu. Aku yang tidak berniat untuk berpacaran selama masih sekolah mengabaikan permintaannya itu di facebook. Hal positif yang aku tau dari Diah adalah pantang menyerah, dia tau aku mengabaikan permintaan tunangannya, lalu dia menurunkan level permintaannya dari bertunangan menjadi berpacaran hingga menjadi rumit, tapi tetap saja kuabaikan. Karena dari status di facebook semuanya akan terungkap.
Tapi teman-teman mengira bahwa aku telah berpacaran dengannya, dan bukan hanya itu, entah siapa yang menyebarkan gosip tidak waras ini sampai-sampai beberapa guru pun mengetahui hal ini, gila!! Sebenarnya aku tidak pernah berniat untuk punya pacar saat masih sekolah. Dan paling puncak ketika saya sampai-sampai dipanggil oleh wali kelas, Ibu Lina sebagai wali kelasku di kelas 2 menanyakan hubunganku dengannya. Aku menjelaskan kalau hubunganku dengan dia hanya sebatas teman dan tidak lebih. Bu Lina menjelaskan padaku kalau lebih baik jangan sampai berpacaran dengannya, karena di mata para guru namanya itu sudah tidak baik, dan beliau pun tak ingin nama baikku tercemar seperti kasus yang dialami Andra. Beliau juga mengatakan kalau image-ku dimata guru itu baik sehingga jangan sampai nama baikku dirusak oleh hal macam ini. Bu Lina juga mengatakan padaku kalau kita menjadi orang yang baik maka Insya Allah kita pun akan mendapatkan pasangan yang baik juga. Aku merenung, aku sebenarnya hanya kasihan padanya tapi, aku harus tegas terhadap hubungan ini. Aku tau kalau dia memang kurang baik, tapi setidaknya aku ingin mengubah sikap jeleknya itu.
Suatu saat aku bertemu dengan Diah, akupun langsung memasang tampang ngambek dihadapannya dan mengatakan padanya kalau aku kecewa padanya, dan akupun cerita kalau aku sampai-sampai dipanggil oleh wali kelas atas masalah ini, akupun mengatakan padanya untuk mengubah sikapnya itu. Diah sepertinya merasa menyesal dan meminta maaf padaku. Aku merasa lega, aku pikir Diah akan mengubah sikapnya itu. Lalu setelah Diah pulang sekolah salah satu teman sekelasku yang namanya seperti burung yaitu Nuri datang menghampiri diriku. Nuri mengingatkan agar jangan sampai aku berpacaran dengan Diah, karena Diah itu punya sifat aneh yang tampaknya sangat bergairah ketika bertemu dengan laki-laki, apalagi laki-laki yang ganteng. Aku bingung, emangnya gue ganteng ?? ya mungkin aku akan menjadi yang paling ganteng jika berada diantara kumpulan waria Taman Lawang.
Aku sudah mengatakan padanya untuk berubah jadi kau tak perlu khawatir, ceritaku pada Nuri. Percuma, Diah takkan berubah, Andra sudah menjadi korban dan Andi pun hampir menjadi korbannya juga, jawab Nuri lalu pergi meninggalkanku. Aku tak tau harus berkata apa, tapi aku tetap harus berprasangka baik pada Diah dan berharap dia mau mengubah sikapnya itu. Aku yakin Diah akan berubah, karena dia mengaku menyesal dan juga telah meminta maaf padaku. Padahal bukan padaku seharusnya dia meminta maaf, tapi pada Andra. Ya sudah semoga dia benar-benar melakukan perubahan terhadap dirinya. Setelah itu Diah tidak sering mengajakku ngobrol sepulang sekolah, aku pikir dia memang sudah merubah sikapnya.
Setelah menjalani Ulangan Akhir Semester Ganjil, aku mendapatkan kabar kalo Diah sudah mendapatkan pacar yang baru. Dalam hati aku merasa lega, karena kuyakin dia takkan menggangguku lagi. Waktu demi waktu pun berlalu, setelah liburan semester ganjil kegiatan sekolah kembali berlangsung seperti biasanya. Suatu saat aku dan Diah kembali bertemu, Diah mengajakku ngobrol. Kali yang dia bahas tidak seperti biasanya, dia menceritakan tentang kegemarannya dan juga klub sepakbola favoritnya, Manchester City. Padahal dia sudah tau kalo aku fans berat sama Manchester United, musuhnya Manchester City‼ Ya sudahlah tak apa. Tapi setelah itu dia mencoba untuk tau lebih banyak tentangku, dia menanyakan banyak hal tentangku. Dia pun menyatakan ingin menjadi tempat curhatku sama sepertiku yang menjadi tempat baginya untuk curhat. Hehe, aku hanya bisa tersenyum.
Aku tau sebenarnya dia sudah punya pacar, tapi kenapa masih mencoba untuk mendekatiku? Hmmm… tampaknya pertanyaan ini tak mungkin kutanyakan padanya. Beberapa hari setelah kejadian itu saat aku membuka facebook ada sesuatu yang membuatku sungguh amat sangat terkejut. Ada sebuah akun facebook yang meminta pertemanan padaku, dan akunnya itu bernama perempuan yang alay, karena ada kata love dinama facebooknya. Dan setelah kata love ada nama yang ditujukkan kepadaku, sebenarnya bukan namaku tapi nama dari facebook milikku. Dan yang lebih parah lagi, foto profil akun itu menggunakan fotoku yang dalam posisi “Alay”. Aku pun kesal dan mengabaikan permintaan pertemanannya. Selain menggunakan fotoku yang “Alay”, yang membuatku kesal adalah dia menggunakan nama samaranku dibelakang kata love, yang berarti dia itu “love” padaku, aaarrrggghhh‼! Aku curiga itu pasti Diah.
Diah belum bisa mengubah sikapnya itu, aku tak pernah menanyakan padanya tentang akun facebook “Alay” itu. Tapi, ada beberapa temanku yang mengetahui kalau itu memang Diah. Dalam hati ku berkata, Sialan ketahuan deh kalau aku adalah orang yang “Alay”. Waktu demi waktupun terus berlalu, selama itu aku lebih sering menghindar dari Diah. Saat Diah menyapa aku hanya memberinya senyuman tanpa menghentikan langkah, dan Diah pun tersenyum sambil berkata “sombong”, aku pikir itu biasa dan Diah bisa memahamiku.
Dimana saat Ujian Tengah Semester atau UTS tiba, aku melakukan sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Bukan, bukan, aku tidak melakukan hal gila seperti berlari-lari didepan kelas untuk mengalihkan perhatian pengawas agar teman-teman bisa leluasa menyontek, tapi aku melakukan sesuatu yang membuat Diah tak pernah dekat lagi dengan diriku. Ketika UTS dihari pertama selesai aku keluar dari kelas dan berjalan menuju tangga turun, dan didekat tangga ada Diah yang sedang duduk sendirian dan menyadari kedatanganku. Saat Diah berkata “sombong”, aku terus berjalan tanpa menghiraukannya. Kemudian terdengar di telingaku kalau diah berkata “ih sombong ih”, tapi aku terus berjalan seolah tak ada apa-apa didepanku.
Ya, aku tak mengerti kenapa tiba-tiba kulakukan hal ini? Pada malamnya aku mendapat SMS  dari Diah. Dia menanyakan tentang kejadian yang terjadi di sekolah tadi. Aku pun menjelaskan kalau aku kesal padanya, karena dia terus membuat kesalahan yang sama seperti yang dia lakukan sebelumnya. Aku sudah ikhlas untuk memaafkanmu tapi kamu tetap begini, jelasku padanya melalui SMS. Lalu Diah membalasnya dengan pesan yang berisi, oke kalau begitu, aku tak akan pernah berada dalam hidupmu lagi‼ setelah itu tak pernah ada lagi SMS dari Diah masuk ke Handphone-ku, selain itu Diah tak pernah lagi menyapa, seolah-olah aku dan Diah tak pernah saling kenal. Aku merasa telah berdosa melakukan hal ini, tapi kuyakin ini lebih baik daripada aku terus merasa terkekang olehnya. Mungkin saja aku menjadi korban selanjutnya. Cinta itu gila, cinta itu tidak masuk akal, cinta kadang menyenangkan dan kadang menyakitkan. Aku akan memahami mengapa ada orang yang rela mengorbankan apa saja demi cinta, ketika aku benar-benar merasakan hal yang namanya Jatuh Cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar