Rabu, 17 Juli 2013

Renungan Batin

Ketika hujan deras mengguyur bumi, aku hanya bisa terdiam didalam gubuk sederhana ini. Menyaksikan Kekuasaan Tuhan yang telah memberikan kesegaran bagi bumi ini. Terlintas di benakku  pada suasana di film-film drama. Walaupun tidak terlalu suka, tapi aku pernah melihat sebuah adegan yang lazim ada dalam film drama, yaitu ketika ada seorang gadis yang menangis ditengah hujan lebat. Disudut lain ada seorang lelaki sambil memegang payung menatapnya dari kejauhan,tatapan yang menunjukkan sebuah keprihatinan. Entah mengapa tiba-tiba ku teringat pada adegan itu. Adegan itu membuktikan bahwa banyak persoalan didunia ini yang sulit untuk diselesaikan. Masalah yang membuat orang yang mengalaminya merasakan sesuatu yang membuat batinnya dilanda rasa bimbang dan kegelisahan.
            Betapa gelisahnya hati ini, apalagi sesuatu hal yang luar biasa akan dihadapiku olehku dan semua orang yang setingkat denganku, yakni Ujian Nasional. Menatap UN dengan perasaan yang tak menentu menghadirkan kecemasan yang memenuhi isi hati ini. Sebenarnya ini bukan hal yang harus ditakuti, sebab UN bukan penentu segalanya. Namun, tetap saja muncul ketakutan menjelang seleksi besar ini dimulai. Berusaha dan berdoa menjadi hal yang bisa dilakukan untuk saat ini. Tapi, apakah Tuhan tidak mempertanyakan kelakuan hamba-Nya yang hanya datang ketika ada masalah ? kesenangan seringkali membuat kita lupa akan karunia dari Sang Pencipta. Dengan hadirnya masalah tentu saja membuat manusia berpikir dan berusaha untuk mendekati Tuhan. Dari sekian banyak masalah di dunia ini menunjukkan bahwa tak mudah menjalani hidup ini.
            Namun ketika melihat keluar sebenarnya semua kehidupan di dunia ini bisa terlihat begitu mudah. Ketika kulihat sebuah sekolah Taman Kanak-kanak, semua anak-anak kecil yang berada disana terlihat begitu ceria dalam menjalani kegiatannya. Anak-anak yang masih suci dari segala noda yang mengotori dirinya tersebut memang belum mengarungi kerasnya hidup ini. Namun hati ini merasa bahagia, walaupun hanya melihat anak-anak kecil yang sedang bermain dengan begitu gembiranya. Lalu kulihat seorang ibu yang membimbing anak-anak tersebut untuk berbaris sebelum memasuki kelas. Ibu tersebut adalah guru mereka. Sang guru membimbing seluruh anak dengan tatapan wajah yang ceria dan penuh kasih sayang.
Sejenak ku berpikir betapa senangnya menjadi guru TK. Walaupun lelah harus mengurus anak-anak usia dini tersebut, yang belum banyak tahu, namun hati akan merasa tenang dan bahagia ketika melihat anak-anak yang ceria dan penuh canda tawa. Keluguan mereka dapat menyejukkan suasana hatiku yang berada dalam kegelisahan. Tanggung jawab guru TK sebenarnya sangat berat, karena mereka dituntut untuk bisa mengajarkan anak-anak yang belum bisa apa-apa menjadi bisa. Karena sebelum masuk Sekolah Dasar setiap anak harus bisa membaca, menulis dan berhitung. Sungguh mulia pekerjaan sebagai seorang guru.
Lalu ketika berada di sekolah aku berjumpa dengan guru-guru yang sudah hampir 3 tahun memberikan banyak ilmu bagiku dan teman-teman yang lain. Semua usaha mereka dalam membantu siswa sungguh mulia. Tak peduli meskipun banyak siswa yang bandel tapi mereka tak kenal lelah dalam memberikan ilmu. Apalagi ketika diluar jam pelajaran ada siswa yang menanyakan tentang hal yang belum dipahami, sang guru mau menjelaskannya dengan ikhlas. Walaupun begitu tetap saja masih banyak siswa yang tidak menghargai gurunya. Kenapa ? kenapa ? kenapa pekerjaan mulia ini tidak selalu mendapatkan balasan yang baik juga. Tapi kuyakin, kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setara.
Sesungguhnya ada orang yang lebih mulia dari seorang guru, beliau adalah orang yang disayangi oleh Tuhan karena jasa-jasanya yang tak mungkin bisa terbalaskan oleh siapapun. Beliau adalah orangtua kita. Ketika teringat sosok kedua orangtua, kembali kesedihan datang menghampiri. Sungguh, hingga saat ini belum ada hal yang sudah kulakukan untuk membuat orangtua bahagia. Benar-benar kenyataan yang pahit, setiap tetes keringat mereka merupaka perjuangan yang luar biasa untuk anak-anaknya. Tidak semua anak selalu menyadari betapa perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh  orangtuanya merupakan hal paling dahsyat yang pernah dilakukan oleh umat manusia di muka bumi ini. Selain itu banyak dari anak yang tidak menaruh rasa hormat pada orangtuanya. Sungguh ironis semua kejadian ini. Perasaan bersalah selalu datang menghampiri kala teringat akan semua hal ini.
Hati ini sesungguhnya menyesali semua kesalahan yang pernah terjadi. Ketika teringat akan dosa-dosa yang diperbuat, hati seolah menjerit. Kesalahan di masa lampau bisa menjadi penghalang terhadap kesuksesan seseorang. Kehidupan sesungguhnya begitu berat. Namun selalu saja ada hal yang bisa menunjukkan bahwa hidup ini mudah. Orang-orang beraktifitas seperti mestinya. Anak-anak sedang bermain di lapangan, seorang pedagang melayanani semua pembelinya hingga seorang yang dengan ikhlas mengangkut sampah dari setiap rumah. Angin yang berhembus di sore hari memberikan kesejukkan yang menenangkan semua orang. Hati yang ikhlas memberikan kebahagiaan bagi yang menjalaninya. Dengan kebahagiaan membuat hidup terasa lebih mudah.
Sungguh, kebahagiaan adalah tujuan utama dalam hidup ini. Seberapa sulit rintangan yang dihadapi jika dilalui dengan hati yang ikhlas tentu akan meringankan beban kita. Hati yang ikhlas dapat memberikan kebahagiaan bagi setiap elemen yang terlibat didalamnya. Mengapa tiba-tiba hal seperti ini terbesit didalam benakku ? Ujian yang sudah hadir dihadapan kita, mau tak mau harus dihadapi. Tak peduli berasal dari manakah kalian, ujian tetap harus dihadapi. Mungkin banyak yang beranggapan kalau ini sama dengan mempertaruhkan masa depan, tapi seseungguhnya ini bukan akhir dari segalanya. Tuhan Maha Tahu, Tuhan selalu mengiringi setiap langkah kita. Yang perlu dilakukan adalah berusaha dan tetap memohon bantuan kepada Sang Kuasa.
Setelah berlalu nya masa-masa ini, masalah yang baru tentu sudah menanti. Kemanakah kita akan melangkah ? apakah semua akan berlalu begitu saja ? semua pertanyaan tersebut terus menghantui pikiran kita. Tak ada seorangpun yang ingin mendapatkan kegagalan dalam hidupnya. Pilihan yang tepat akan membantu menatap masa depan. Evolusi yang terjadi pada diri kami tentu menunjukkan kematangan  seseorang dalam menghadapi dunia yang baru. Dunia yang tak sama dengan ruang lingkup sebelumnya. Jika mengingat masa lalu, aku merasa lebih nyaman dahulu. Menjalani hidup dengan keceriaan, tanpa dibebani tanggung jawab seperti saat ini. Waktu yang telah berlalu menepis kemungkinan untuk kembali ke masa lampau yang penuh kegembiraan sebagai seorang insan yang masih suci dan belum menyentuh dunia sesungguhnya. Kali ini diawali dengan Bismillah, kulangkahkan kaki menuju sebuah pintu. Pintu yang menjembatani dunia kami dengan dunia yang levelnya lebih tinggi lagi, dunia yang lebih keras dan tentu saja dunia yang belum pernah diarungi sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar